Permasalahan Alergy Pada Bayi

Suara Napas “Grok-grok”, Hipersekresi Bronkus dan Alergi Pada Bayi

Beberapa orang tua sering mengeluhkan kepada dokter bahwa suara napas berbunyi atau sering disebut Hipersekresi bronkus yang dialami bayinya. Napas berbunyi grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lebih sering dan lebih lama dan bila batuk terdapat dahak berlebihan. Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Gejala alergi yang menimbulkan hipersekrtesi bronkus atau suara grok-grok pada bayi sering dicetuskan dan disebabkan karena banyak faktor. Tetapi yang paling sering terjadi justru dipicu atau diperberat karena infeksi virus ringan yang tidak terdeteksi. Sedangkan faktor lainnya dengan manifestasi lebih ringan disebabkan karena  diet ibu bila minum ASI dan makanan yang dikonsumsi termasuk susu sapi. Seringkali dokter atau orangtua sulit membedakan faktor mana yang menjadi penyebab, bahkan seringkali setiap kali timbul gejala alergi langsung divonis alergi susu sapi dan harus ganti susu khusus padahal belum tentu alergi susu sapi.

Deteksi dan pencegahan alergi sejak bayi penting karena apat mencegah atau menghilangkan perjalanan alamiah alergi jangka panjang (allergy March). Perjalanan alamiah alergi jangka panjang adalah gejala alergi setiap usia dan setiap orang akan berbeda. Pada kelmpok tertentu usia di bawah 5 tahun akan mengalami sensitif saluran cerna dan kulit, usia 5-12 tahun asma dan sering pilek pada usia di atas 15 tahun lebih sensitif hidung atau sinusitis. Bayi yang mengalami suara napas grok2 bila salah satu orang tuanya khususnya yang wajahnya sama dengan mempunyai riwayat asma maka bayi akan beresiko mengalami asma di kemudian hari. Tetapi bila salah satu orangtua tersebut tidak ada riwayat asma maka bayi hanya beresiko sensitif saluran napas dan hidung di masa depan.

Selama ini masyarakat awam menganggap suara napas yang berisik pada bayi itu diakibatkan karena dokter atau bidan tidak menyedot lendir denganbaik saat bayi baru lahir. Ternyata bukan seper itun karena kalau karena tidak disedot saat baru lahirpun lendir yang ada di saluran napas akan dikeluarkan lewat muntah atau ditelan lewat saluran cerna. Suara yang berisik di saluran napas itu sebenarnya disebabkan karena produksi cairan lendir di saluran napas bagian atas meningkat. Sebenarnya manifestasi ini juga dialami orang dewasa atau salah satu orang tuanya yang berwajah sama. Pada orang dewasa ditandai dengan produksi lendir berlebihan yang turun dari hidung ke tenggorokan atau disebut post nasal drip. Dalam keadaan seperti itu sering diikuti gejala batuk ringan sekali-sekali tetapi berulang atau sering batuk berdehem. Namun karena suaran napas bayi diameternya kecil maka suaranya lebih keras. Dengan pertambahan usia di atas usia 1 tahun suara tersebut hilang bukan karena lendirnya hilang tetapi karena saluran napas semakin membesar.
Gejala alergi yang menimbulkan gangguan bunyi “Grok-grok” atau Hipersekresi Bronkus pada bayi sering dicetuskan dan disebabkan karena banyak faktor. Tetapi yang paling sering terjadi justru dipicu atau diperberat karena infeksi virus ringan yang tidak terdeteksi. Sedangkan faktor lainnya dengan manifestasi lebih ringan disebabkan karena  diet ibu bila minum ASI dan makanan yang dikonsumsi termasuk susu sapi. Bila karena alergi makanan biasanya gangguan bunyi “Grok-grok” atau Hipersekresi Bronkus  lebih ringan. Tetapi bila terkena infeksi virus saluran napas atas maka gangguan bunyi “Grok-grok” atau Hipersekresi Bronkus  lebih terdengar keras dan kadang disertai batuk sekali-sekali, bersin dan badan teraba hangat





Melihat demikian luas dan banyaknya pengaruh alergi yang mungkin bisa terjadi, maka deteksi dan pencegahan alergi sejak dini sebaiknya dilakukan. Gejala serta faktor resiko alergi dapat dideteksi sejak lahir, bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Alergi makanan tidak terjadi pada semua orang, tetapi sebagian besar orang mempunyai potensi menjadi alergi. Tampaknya sebagian besar orang bila dicermati pernah mengalami reaksi alergi. Namun sebagian lainnya tidak pernah mengalami reaksi alergi. Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek dan nenek pada penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 – 80%. Sedangtkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.

Manifestasi klinis yang sering dikaitkan dengan penderita alergi pada bayi.

  • GANGGUAN SALURAN CERNA : Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering REWEL / GELISAH/COLIK terutama malam hari), Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK DARAH. Feses cair, hijau, bau tajam, kadang seperti biji cabe. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
  • Kulit sensitif. Sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
  • Kuning Timbul kuning tinggi atau kuning bayi baru lahir berkepanjangan seharusnya setelah 2 minggu menghilang sering disebut Breastfeeding Jaundice (kuning karena ASI mengandung hormon pregnandiol).  Seringkali jadi pertanyaan mengapa sebagian besar bayi dengan ASI tidak mengalami kuning berkepanjangan. Setelah usia 6 telapak tangan dan kaki kadang berwarna kuning, sampai saat ini seringkali dianggap karena terlalu banyak makan wortel atau kelebihan vitamin A padahal selama ini hipotesa itu hanya sekedar dugaaan dan belum pernah dibuktikan dengan pemeriksaan darah. Kuning berkepanjangan meningkat pada bayi bisa sering terjadi pada bayi dengan gangguan saluran cerna dengan keluhan obstipasi (sering ngeden/mulet) dan konstipasi. Bila dicermati saat gangguan saluran cerna meningkat kuning semkai terlihat jelas dan sebaliknya saat saluran cerna membaik kuning menghilang.
  • Mulut hipersensitif. Lidah sering timbul putih kadang sulit dibedakan dengan jamur (candidiasis) atau memang kadang juga disertai infeksi jamur. Bibir tampak kering atau kadang pada beberapa bayi bibir bagian tengah berwarna lebih gelap atau biru. Produksi air liur meningkat, sehingga sering “ngeces (“drooling”) biasanya disertai bayi sering menjulurkan lidah keluar atau menyembur-nyemburkan ludah dari mulut.
  • Sesak Saat Baru lahir. Sesak segera setelah lahir. Sesak bayi baru lahir hingga saat usia 3 hari, biasanya akan membaik paling lama 7-10 hari. Disertai kelenjar thimus membesar (TRDN (Transient respiratory ditress Syndrome) /TTNB). BILA BERAT SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS). Bayi usia cukup bulan (9 bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asma (sering batuk/bila batuk sering dahak berlebihan )sebelum usia prasekolah. Keluhan ini sering dianggap infeksi paru atau terminum air ketuban.
  • Hidung Sensitif. Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
  • Mata Sensitif. Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi atau kedua sisi.
  • Keringat Berlebihan. Sering berkeringat berlebihan, meski menggunakan AC keringat tetap banyak terutama di dahi
  • Berat Badan Berlebihan atau kurang. Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan dan minum berkurang
  • Saluran kencing. Kencing warna merah atau oranye (orange) denagna sedikit bentukan kristal yang menempel di papok atau diapers . Hal ini sering dianggap inmfeksi saluran kencing, saat diperiksa urine seringkali normal bukan disebabkan karena darah.
  • Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
  • Gangguan Hormonal. Mempengaruhi gangguan hormonal berupa keputihan/keluar darah dari vagina, timbul jerawat warna putih. timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih
  • Gangguan Sulit Makan dan Gangguan Kenaikkan Berat Badan. Pada bayi berusia di atas 6 bulan dengan keluhan sering mual, BAB ngeden atau sulit, BAB > 3 kali seringkali mengakibatkan kesulitan makan atau makan hanya sedikit yang mengakibatkan gangguan kenaikkan berat badan dan sering mengalami daya tahan tubuh menurun sejak usia 6 bulan. Pada usia sebelum 6 bulan kenaikkan pesat tetapi setelah usia 6 bulan kenaikkan relatif datar. Pada penderita hipersensitifitas non alergi (non atopi) biasa nya ghangguan berat badan dan sulit makan lebih tidak ringan dan timbul sejak usia sebelum 6 bulan tetapi setelah 6 bulan lebih buruk
  • PROBLEM MINUM ASI : minum berlebihan, berat berlebihan karena bayi sering menangis dianggap haus. Haus palsu adalah tampilan bayi sering menangis, mulutnya sering seperti mau ngempeng atau mencari puting tampak sucking refleks berlebihan dirangsang pipinya sedikit sudah seperti mencari puting. Hal itu belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang. Pada bayi alergi yang sering rewel seringkali saluran cernanya sedikit sakit sehingga bila ada perasaan tidak nyaman bayi akan sering seperti ngempeng atau minta digendong. Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu dan napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,`karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.
PERILAKU YANG SERING MENYERTAI PENDERITA ALERGI PADA BAYI
  • GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak bisa diselimuti (“dibedong”). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang, sehingga posisi badan bayi “mlengkung” ke luar. Bila digendomg tidak senang dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengeleng-gelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
  • GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila tidur posisi “nungging” atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur; sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus; usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
  • AGRESIF MENINGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik rambut orang yang menggendong. Sering menarik puting susu ibu dengan gusi atau gigi, menggigit, menjilat tangan atau punggung orang yang menggendong. Sering menggigit puting susu ibu bagi bayi yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke dalam mulut. Tampak gampang seperti gemes atau menggeram
  • GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas bermain, memainkan mainan, bila diberi cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Bila minum susu sering terhenti dan teralih perhatiannya dengan sesuatu yang menarik tetapi hanya sebentar
  • EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering terburu-buru tidak sabaran. Sering berteriak dibandingkan mengiceh terutama saat usia 6 bulan
  • GANGGUAN MOTORIK KASAR, GANGGUAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI : Pada POLA PERKEMBANGAN NORMAL adalah BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia. Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan, usia 6 – 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri dan berjalan.
  • GANGGUAN ORAL MOTOR: KETERLAMBATAN BICARA: Kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik. GANGGUAN MENGUNYAH DAN MENELAN: Gangguan makan makanan padat, biasanya bayi pilih-pilih makanan hanya bisa makanan cair dan menolak makanan yang berserat. Pada usia di atas 9 bulan yang seharusnya dicoba makanan tanpa disaring tidak bisa harus di blender terus sampai usia di atas 2 tahun.
  • IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak daripada mengoceh.
  • Memperberat ADHD dab Autis. Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi). Tetapi alergi bukan penyebab Autis tetapi hanya memperberat. Penderita alergi dengan otak yang normal atau tidak punya bakat Autis tidak akan pernah menjadi Autis.
Gejala alergi pada bayi selain makanan justru paling sering seringkali diperberat saat sakit atau terjadi oleh infeksi  berupa infeksi virus, bakteri atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi virus. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus ringan ini lebih sulit dikenali. Biasanya hanya berupa badan sumer teraba hangat hanya di kepala, telapak tangan dan badan bila diukur suhu normal. Biasanya disertai bersin, batuk sekali-sekali dan pada anak bayi tertentu nafas bunyi grok-grokFlu pada bayi jarang sekali menimbulkan hidung meler biasanya hanya basah sedikit di sekitar hidung atau batuk sekali-sekali karena refleks batuk pada bayi basih belum sempurna.  Bahkan sebagian dokter menilai gejala infeksi virus tersebut dianggap sebagai gejala alergi.Pada keadaan sakit seperti itu biasanya ada kontak yang sakit flu, demam, batuk atau infeksi virus ringan lainnya di dalam di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidak menyadari bahwa selama ini sering terkena infeksi virus yang gejalanya tidak khas tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan yang dialami oleh penderita dewasa berupa badan ngilu, terasa pegal,nyeri tenggorokan atau kadang disertai  sakit kepala. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini sering dianggap “gejala mau flu tidak jadi”, masuk angin, kurang tidur, panas dalam atau kecapekan

PENYEBAB ALERGI MAKANAN PADA BAYI

Alergi makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak dibandingkan pada usia dewasa. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna pada anak. Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut semakin membaik. Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur membaik. Hal ini juga yang mengakibatkan penderita alergi sering sakit pada usia sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik.

Gejala dan tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen dari beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi. Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier.

Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang paling sering. Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan muncul.

Pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet ibu yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan pada bayi yang paling sering adalah ikan laut (terutama yang kecil seperti udang, kerang, cumi dan sebagainya), kacang tanah dan buah-buahan (tomat, melon, semangka).
Saat pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada bayi sering timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan menimbulkan gangguan adalah pemberian buah-buahan (jeruk, dan pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim (tomat, ayam, telor, ikan laut (udang, cumi,teri), keju, dan sebagainya. Sehingga penundaan pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan alergi pada anak. Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada bayi beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di kemudian hari.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan biarkan orang lain yg mengajarkan Al Fatihah Untuk Anakmu